Minggu, 14 Agustus 2011

Betapa Waktu Begitu Berharga


                Manusia terkadang kurang bisa menggunakan logikanya dengan baik. Ia kurang bisa menghargai nilai dari waktu. Betapa penggalan penggalan waktu yang dilaluinya berlalu begitu saja tanpa ada sesuatu berarti yang ia perbuat.
                Ia habiskan waktunya sia-sia tanpa ada ‘untung’ yang bisa ia simpan. Bahkan tak sedikit diantara mereka yang justru membunuh waktunya dengan hal-hal yang sia-sia, bahkan untuk hal-hal yang melanggar syariat. Ada baiknya kita simak hadits berikut, semoga saja bisa membangunkan kita dari kelengahan
                “Tidak akan bergeser dua kaki anak cucu adam pada hari kiamat dari sisi Rabbnya hingga ia ditanya tentang lima hal: mengenai umurnya untuk apa ia habiskan; mengenai masa mudanya, untuk apa ia gunakan; mengenai hartanya dr mana ia peroleh; dan apa yang ia amalkan terkait dengan ilmu yang ia ketahui.” (HR. Tirmidzi)

Pentingnya waktu
                Saking urgen dan berharganya waktu, sampai sampai Allah pun seringkali bersumpah dalam Al-Qur’an dengan waktu. Salah satunya adalah yang kita jumpai dalam surat Al-Ashr; di mana Allah bersumpah dengan masa.
                Karena begitu dalam makna yang terkandung dalam surat ini, Imam Syafi’i menyatakan: Sekiranya orang-orang menghayati surat ini, tentunya itu sudah cukup bagi mereka.
Mengukir nama baik
                Kiranya sungguh indah apa yang diungkapkan oleh seorang penyair:
Detak jantung seseorang memekik kepada dirinya
Sungguh, hidup itu hanyalah lintasan menit dan detik
Maka sebelum ajal menjelang harumkanlah nama baik dirimu
Karena nama baik seseorang adalah umur kedua baginya
                Apakah kita sudah berusaha untuk mengukir nama baik kita untuk umur kedua kita? Dengan kegigihan kita dalam beramal sholih dengan dasar tulus dan ikhlas. Bahkan sekalipun nama kita terlupakan orang, namun bila kita memang ikhlas beramal semasa hidup; Allah tetaplah tidak akan lupa. Allah berfirman:
mereka (orang yang mati syahid di jalan Allah) bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berfirman.” (QS. Ali Imron: 171)
                Ayat di atas memang berkenaan dengan orang yang gugur di medan jihad; mereka tetap hidup di sisi Allah. Dan mereka bergirang hati dengan karunia yang Allah berikan kepada mereka. Jelas disini bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan amal para mujahid yang gugur. Namun, ayat ini juga berlaku untuk selain mereka. Ibnu Katsir menukilkan perkataan Abdur Rohman bin Zaid bin Aslam: “Ayat ini mencakup kaum mukminin secara keseluruhan; baik yang mati syahid ataupun lainnya. Jarang sekali Allah menyebutkan untuk para nabi; atau menyebutnya pahala yang Dia berikan untuk kaum mukminin sepeninggal mereka (para nabi)
                Meski Nabi saw sudah berabad abad meninggalkan kita, namun nama baiknya senantiasa disebut dan dikenang. Dan itu tidak lain karena jerih payah beliau dalam berbuat baik dan mengajarkan kepada umat manusia dengan tulus. Maka sudah saatnya kita berupaya untuk meneladani beliau dalam segala hal; sehingga kelak kitapun akan tercatat sebagai orang yang baik dengan berbagai amalan, dengan mendapatkan kemuliaan disisi-Nya.
Peringatan dari Al-Qur’an
                Manusia tidaklah diciptakan dengan begitu saja; dengan sia-sia. Ia hidup di dunia bukan untuk membunuh waktunya dengan berbagai aktifitas yang tiada guna. Mari renungi ayat berikut: “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. Al-Qiyamah:36)
                Apakah manusia mengira ia akan dibiarkan begitu saja, hidup di dunia semaunya?! Apa ia mengira bisa bebas berbuat apapun untuk mengisi lembaran umurnya?! Lalu ketika mati tidak di bangkitkan?! Kemudian tidak dimintai pertanggung jawaban untuk menerima balasan yang setimpal?! Sekali-kali tidak demikian! Ia tidak dibiarkan begitu saja hidup di dunia. Ia mendapat arahan dari Allah lewat Rasul-Nya. Ia mendapat perintah dan larangan. Untuk kemudian ia akan dibangkitkan untuk menerima balasan di negeri akhirat.
                Orang yang tak memanfaatkan jatah waktu dan umurnya untuk beramal dan beribadah akan menuai hukuman berat. Mereka telah diberi jedah dan kesempatan hidup untuk mau beramal shalih, namun justru mereka sia-siakan. Karena itulah mereka akan menjerit di neraka meminta agar Allah mau mengeluarkan mereka menuju dunia kembali untuk mengisi waktu mereka dengan amal shalih. Simaklah ayat berikut: “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : “ Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang shalih berlainan dengan yang telah kami kerjakan.” Dan apakah Kami (Allah) tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (QS. Fathir:37)
                Di dunia ini, kita masih bisa berkelit, tidak mau sadar akan kelalaian kita. Kesadarannya baru datang kala mereka sudah terperangkap di dalam neraka. Na’udzubillah! Maka pada hari kiamat, saat penyesalan tiba, merekapun hanya bisa menyesal, namun pada saat penyesalan tidak lagi berguna. Allah mengingatkan:
“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!”, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu.” (QS. Al-An’am: 31)
                Sekiranya mereka ingat akan hari kiamat, tentu mereka tak akan menyia-nyiakan waktu mereka dengan berbagai hal yang melalaikan mereka.
Optimalkan Kesempatan Yang ada
                Maka dari itu, kita dituntut untuk mengoptimalkan segala kesempatan yang ada agar semuanya akan mendekatkan kita pada Allah. Terlebih lagi nikmat sehat dan waktu luang. Bukankah rasul telah mengingatkan kita dalam sabdanya :
Dua nikmat yang banyak orang terkecoh padanya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhori)
                Banyak orang merugi karena menggunakan kesehatan dan waktu luang untuk kemaksiatan, memenuhi nafsu, dan hal yang mengundang murka Allah. Padahal waktu dan umur kita adalah nikmat agung dari Allah. Bila kita mensyukurinya dengan ketaatan, maka betapa agung balasannya. Pada hari kiamat kelak malaikat akan memberikan selamat kepadanya dengan mengatakan: “Salaamun’alaikum (salam sejahtera bagimu), masuklah kamu kedalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. An-Nahl: 32)
                Adapun orang yang mengingkari nikmat ini dan justru menggunakannya dalam kemaksiatan, maka akan dikatakan kepada mereka: “(Dikatakan kepada mereka): “ Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka jahannam, sedang kamu kekal didalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong.” (QS. Ghofir: 75-76)
                Maka sudah saatnya kita menghargai waktu. Pergunakan sebaik mungkin untuk aktifitas yang memuat ketaatan dan mengingat Allah. Nabi bersabda:
“Dunia itu terlaknat. Yang ada didalamnya terlaknat kecuali dzikir mengingat Allah dan segala yang mengiringnya (segala yang Allah cintai), atau seorang alim atau yang mau belaja.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)
                Bahkan penghuni surga tidak ada yang mereka sesali, selain waktu yang mereka lalui dimana mereka tidak mengingat Allah didalamnya. Semoga Allah memudahkan kita untuk dapat mempergunakan segenap waktu dalam ketaatan kepada-Nya. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar